Kalo Pak Rt jadi Presiden Dunia Mimpi

Rabu, 08 Oktober 2008 ·

Cerita tersebut dibawah sebetulnya adalah sebuah perumpamaan atau dalam bahasa jawa disebut dengan "sanepo".
Perumpamaan untuk mas-mas ataupun bapak-bapak kelas "Fast Action + Do The Best" yang ada di dalam sana ...




Pak Rt jadi Presiden Dunia Mimpi


Ketika hutan masih disebut kota, tak ada yang namanya gedung bertingkat apalagi
pencakar langit. Berbeda dengan sekarang yang dunia hanya berisi pohon yang disebut
gedung bertingkat.

Sama seperti cerita ini, hanya beda pakaian saja. Pertama orang datang
semua memegang cangkul, golok dan sebagainya. Bukan untuk tawuran melainkan
untuk kalo orang jawa bilang babat alas. Ini jauh berbeda dengan soto babat.
Artinya dengan bekal seadanya semua berpikiran untuk membuat daerah tersebut jadi hidup
dan bisa dihidupi manusia. Dibangunlan sebuah rumah sederhana dengan atap yang terlihat masih bolong2
kalo hujan dalam rumah terlihat seperti tawangmangu dengan grojokan sewu-nya.

Semua orang tergerak, berpikir supaya rumah tersebut nyaman untuk ditempati.
Tak berapa lama jadilah apa yang disebut rumah walaupun masih tambal sana sini
tapi masih lumayan, bisa buat berteduh kalo hujan dan panas.

Sampai pada waktu tertentu datanglah ramai orang.
Terbentuklah suatu komunitas yang biasa kita namakan Desa atau kampung.

Orang bingung ketika ada acara tertentu, siapa yang akan berbicara mewakili mereka,
akhirnya sepakatlah untuk membentuk apa yang dinamakan tetua adat.
Lambat laun hutan sebelah juga mulai membangun,lambat laun masalah dengan kampung sebelah terjadi,
walaupun kecil2an tetaplah jadi masalah yang diperbincangkan.

Lalu muncul gagasan supaya membentuk kepala suku, ada sebagian yang nylethuk "hari gini
masih pake kepala suku...cape deh...". Akhirnya seiring kemajuan jaman
dibentuklah rukun tetangga dimana akan ada seorang ketua RT di desa masing2
yang bertugas mengkoordinasi semua pekerjaan & masalah yang ada.
kalo mau jujur semua pantas jadi ketua rt tapi masak mau semuanya jdi ketua RT,
ya nggak nyush lah....,semua sepakat satu orang ditunjuk.

Semula berjalan dengan baik,semua berada di dalam rumah yang dibangun dengan semangat dan aksi
yang cepat dan tepat katanya.
Tapi lambat laun Pak Rt mulai berulah, semua harus patuh, semua harus ikut
dengan keinginannya, masukan ataupun ide tak berlaku lagi dan dapat dianggap makar guman pak rt yang terus
dijadikan aturan.
Ya..peraturan yang tak pernah diperdengarkan.

Sekarang kondisi jadi serba kaku, kentutpun harus ada approve kata pak rt,
apalagi mao beaol...hu..jangan harap bisa sepuasnya..., hanya jam2 tertentu saja,
ijin paling longgar jam 12 malam sampe jam 5 pagi ( ...lho kok kaya tarif telpon sih....).

Akhirnya jadilah sebuah paradigma bahwa pak rt adalah penguasa tertinggi kampung ini.
Semua yang berseberangan harap tidur di luar, pembatasan beol..kentut...menguap terus diberlakukan.
weleh..weleh....katanya jaman doeloe...kok pake bahasa gaul sih om....."biarain katanya".

0 komentar:

 
Indonesian Muslim Blogger Buy and sell Text Links Paid Review Indonesia